April 01, 2013

Apa Ini

 
     Kemarin hari Minggu. Seseorang terbangun dari tidurnya karena sebuah ringtone telepon genggam di meja sebelah ranjangnya. Ternyata itu sebuah panggilan dari temannya yang menginginkan dia untuk membawa sebuah kartu memori untuk menyimpan foto-foto di sebuah kamera yang akan digunakan untuk mengambil foto pada saat mereka dan teman-teman yang lain bersepeda memutari kota. 
 
     Saat itu pukul 5 pagi. Dia yang bernama Aal itu pun mencari kartu memori yang dimaksud. Setelah 10 menit mencari, dia tetap tidak menemukan benda itu. Dia pun mengirim sebuah pesan dari telepon genggam itu kepada temannya yang mengatakan bahwa dia tidak bisa menemukan benda itu. ”Ya sudahlah”, balas temannya. Karena matahari sudah hampir memperlihatkan dirinya, dia bergegas mandi, mengambil air wudhu, sholat, lalu bersiap-siap untuk bersepeda minggu bersama teman-teman.

     Diapun siap. Dia harus menghampiri temannya yang bernama Sansan. Setelah menghampiri Sansan, mereka langsung berangkat ke sebuah sekolah menengah pertama untuk berkumpul. Teman-teman yang lain pun sudah berkumpul di tempat itu. Aal dan Sansan sampai juga si tempat berkumpul. Namun, masih ada seseorang yang belum datang. Mereka semua menunggu seseorang itu. Hampir 1 jam menunggu, seseorang itu pun datang. Lalu, mereka bergegas berangkat menuju sebuah benteng dengan sepeda mereka masing-masing.
 

     Sesampainya di benteng itu, mereka memarkirkan sepeda mereka di bawah pohon dekat benteng. Mereka pun masuk dengan masing-masing memberikan kertas bertuliskan angka dua, nol, nol, dan nol kepada peminta berseragam putih dan biru dan bertopi bertuliskan security . Di dalam, mereka bercanda, saling bertukar pikiran, dan berfoto-foto dengan background yang klasik ala belanda.
Matahari pun sudah sampai atas. Dan, jam yang Aal pakai bertuliskan angka sembilan dan tujuh yang dipisahkan dengan titik dua. Mereka lelah. Mereka pun mencari tempat lain yang lebih sejuk. Sampailah mereka di sebuah lembah universitas yang tiap minggu pagi banyak para pencari uang berjualan di pinggir jalan. Disana, mereka beristirahat, makan, dan minum.
 
     Ditengah kesejukan hawa itu, ternyata ada sesuatu yang mebuat mereka panik. Sansan pun membuang es goreng yang ia beli barusan, dan langsung berlari menuju jalan raya. Aal dan lainnya juga berlari terbirit-birit mengikuti Sansan. Para pengunjung juga berlari ke jalan raya karena ketakutan.
 
     Ternyata, di sebuah kamar mandi yang berada disitu, ada sebuah mayat. Mayat itu seperti mayat seorang wanita. Dan, itu memang mayat wanita. Kira-kira bertahun 18. Mayat itu hanya mengenakan hot pant dan bagian atasnya tertutup kain merah hingga leher. Namun kain itu berwarna putih sebenarnya. Mungkin, karena terkena darah, kain itu menjadi merah. Atau mungkin ketumpahan tinta yang berwarna merah. Banyak hal yang mungkin terjadi. Mungkin ini akan menjadi misteri.
 
     Seorang security pun datang menghampiri kerumunan manusia yang melihat sebuah mayat itu. Diambilnya sebuah telepon genggam bermerk Blueberry dari saku dadanya. Ternyata dia sedang menelepon preman berseragam atasan coklat dan bawahan hitam, alias polisi. Itulah yang security lakukan saat menghampiri kamar mandi yang ber-mayat itu.  Lalu, dimana Sansan dan teman-teman? Mereka pergi kemana? Ternyata mereka pulang. Ya, mereka pulang. Sansan mengirim sebuah pesan ke handphone Aal bahwa mereka pulang. Aal yang masih berada di tempat itu.
 
     Tak lama kemuadian, sebuah truck bertuliskan kata “polisi” di bagian samping dan depannya datang dengan para polisi di bak belakang. Satu per satu polisi itu turun dan menuju kamar mandi ber-mayat itu. Para polisi itu memasang garis polisi di sekitar lokasi mayat. Selang beberapa hari, mobil putih bertuliskan “ECNALUBMA” datang menjemput mayat itu.
 
     Entah mengapa, tertidur, mimpi, atau hipnotis, atau apapun ini, aku tak tahu tiba-tiba aku berada satu kamar dengan mayat-mayat, termasuk mayat wanita yang berada di kamar mandi. Mayat itu bercerita padaku tentang kehidupannya. Dari kecil hingga menjadi mayat.
 
     Mayat wanita itu bernama Marsinah. Sewaktu kecil dia sering dipanggil Ah. Ah adalah gadis yang periang, baik, dan pikun. Namun, sejak kakaknya meningal, Ah hanya tinggal bersama Ayah dan Ibunya. Ayah dan Ibu Ah sangat jahat pada Ah. Suatu pagi, Ayah Ah membangunkan Ah dengan mecubit pantat Ah. Ah sangat marah dan dia kabur dari rumah. Itu terjadi pada saat Ah bertahun 6.
Ah kabur ke sebuah hutan. Ah tinggal disana selama 2 jam. Lalu, Ah pindah ke hutan sebelah hutan tersebut.
To be continued…

No comments:

Post a Comment